Bali, dengan julukanya sebagai pulau seribu pura dan pulau dewata menjadikannya tempat yang nyaman untuk berlibur dan untuk beribadah, terlebih untuk umat agama Hindu. Unsur-unsur dan nilai kebudayaannya masih kental dan antusias masyarakatnya terhadap upacara keagamaan, sangatlah mengagumkan. Seperti halnya upacara Galungan yang disambut dengan meriah oleh masyarakat disana, bukan hanya agama Hindu melainkan agama lain juga menyambut hangat upacara Galungan ini.
Galungan merupakan salah satu perayaan penting bagi umat Hindu di Bali, merupakan peringatan atas kemenangan dharma (kebenaran) melawan adharma (ketidakbenaran), Galungan dirayakan selama sepuluh hari dan menjadi momen refleksi spiritual bagi umat Hindu, untuk mengenali dan menampah sifat-sifat binatang atau enam sifat jahat yang ada dalam diri manusia (Sad-Ripu)
Dalam ajaran Hindu, manusia dianggap sebagai mahluk yang memiliki sifat binatang yang tersembunyi di dalam diri. Sifat-sifat ini mencakup keinginan duniawi, nafsu, kemarahan, keserakahan, kesombongan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, proses penampahan menjadi momen intropeksi dan transformasi bagi umat Hindu untuk mengatasi sifat-sifat negatif ini.
Di bali biasanya perayaan dimulai dengan ritual penampahan, dimana binatang seperti babi atau ayam kurban sebagai sifat binatang yang ada dalam diri manusia. Jika dipahami lebih mendalam, penampahan dapat dimaknai bahwa hendaknya setiap orang nampah (memotong) atau menghilangkan sifat-sifat binatang yang ada dalam diri setiap individu.
Makna penampahan Galungan bukan hanya berlaku bagi umat Hindu di Bali, tetapi juga dapat menjadi renungan berharga bagi seluruh umat manusia.
Penulis: Moh. Fikri Taufiqulhaq